Jakarta, Ketika sedang berkumpul bersama di ruang terbuka, terkadang bisa ada individu yang mengeluh diganggu banyak nyamuk dengan tubuhnya ditutupi bentol. Namun yang mengherankan, individu lain di sebelahnya bisa saja tidak merasa apa-apa.
Menjelaskan fenomena tersebut, ahli sains dan broadcaster ABC Australia Dr Karl Kruszelnicki mengatakan ada dua hal yang menjadi faktor. Faktor pertama berhubungan dengan kimiawi dan faktor kedua bisa karena memang individu tersebut tidak merasakan atau bereaksi dengan gigitan nyamuk.
Dari sisi kimia nyamuk pertama kali bisa sangat tertarik terhadap karbon dioksida dan panas yang dikeluarkan oleh tubuh. Ketika nyamuk semakin dekat, akan ada beragam senyawa di kulit dan ini kemudian menjadi penentu apakah ia menjadi semakin tertarik atau malah menjauh.
“Senyawa-senyawa kimia ini bisa datang dari makanan, bakteri di kulit, dan juga genetik. Bidang ini kompleks dan belum banyak dipahami sehingga masih terlalu awal untuk tahu senyawa apa saja yang bisa Anda keluarkan,” kata Dr Karl seperti dikutip dari ABC Australia pada Rabu (30/11/2016).
Bila memang nyamuk tertarik ia kemudian akan hinggap dan mulai menusukkan mulutnya yang berbentuk jarum menembus kulit. Air liur nyamuk akan keluar agar proses pengambilan darah semakin lancar.
Nah pada beberapa orang protein pada air liur nyamuk ini dapat menimbulkan reaksi sistem imun. Kulit jadi meradang dan muncul lah bentol yang gatal.
Dr Karl mengatakan seseorang bisa saja merasa tak terganggu oleh nyamuk bukan karena dirinya tak digigit melainkan memang karena ia tak merasakan gigitan. Oleh karena itu bila memang di satu tempat diketahui banyak nyamuk, disarankan tetap memakai lotion penolak nyamuk untuk menghindari risiko terkena penyakit.
“Air liur nyamuk komponennya rumit. Beberapa orang akan bereaksi sangat kuat terhadap senyawa di dalam air liur dan mengeluh ketika digigit. Tapi ada juga orang lain yang ketika digigit tidak bereaksi apa-apa,” kata Dr Karl.
Hits: 123