JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan importasi penyakit cacat monyet atau monkeypox. Surat ini disampaikan setelah ditemukannya kasus cacar monyet di Singapura.
Melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan meminta dinas kesehatan provinsi dan kabupaten atau kota serta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), rumah sakit, dan puskesmas untuk mewaspadai penyakit cacar monyet. Kewaspadaan itu harus dilakukan mengingat posisi Indonesia dekat dengan Singapura.
”Daerah paling dekat dengan Singapura adalah Batam. Jadi, kami imbau dinkes dan UPT Kemenkes di sana (KKP, rumah sakit, dan puskesmas) untuk waspada. Terutama KKP yang jadi pintu keluar-masuk warga negara Singapura,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, dalam keterangan pers, Rabu (15/5/2019), di Jakarta.
Daerah paling dekat dengan Singapura adalah Batam. Jadi kami imbau dinkes dan UPT Kemenkes di sana (KKP, rumah sakit, dan puskesmas) untuk waspada.
Daerah paling dekat dengan Singapura adalah Batam. Jadi kami imbau dinkes dan UPT Kemenkes di sana (KKP, rumah sakit, dan puskesmas) untuk waspada.
Kementerian Kesehatan Singapura pada 9 Mei 2019 melaporkan telah terjadi satu kasus konfirmasi monkeypox (MPX) pertama di Singapura. Kasus itu menimpa seorang pria warga negara Nigeria yang merupakan salah satu negara endemis monkeypox. Pria ini berkunjung ke Singapura pada 28 April 2019 dan dinyatakan positif terinfeksi virus monkeypox pada 8 Mei 2019. Dia dan 23 orang yang kontak erat dengannya telah dikarantina.
Berdasarkan data Sistem Karantina Kesehatan (Sinkarkes) dari Januari 2019 hingga 10 Mei 2019, kedatangan kapal ke Indonesia terbanyak adalah dari Singapura, yakni 18.176 kapal. Selain itu, penerbangan dari Singapura relatif banyak sehingga kemungkinan penyebaran penyakit monkeypox bisa terjadi.
Untuk itu, KKP diminta untuk menyebarluaskan informasi tentang cacar monyet kepada masyarakat. Pihak KPP juga didorong melakukan pengawasan lebih intensif kepada kru dan pelaku perjalanan dari Singapura, negara-negara Afrika Barat, dan Afrika Tengah, terutama bagi mereka yang terdeteksi demam atau sakit yang diduga gejala monkeypox.
Pengawasan dan pemeriksaan alat angkut juga ditingkatkan untuk memastikan bebas dari hewan pengerat seperti tikus yang bisa menularkan cacar monyet. Rumah sakit dan puskesmas pun diminta menyebarluaskan informasi terkait cacar monyet dan memastikan para petugas kesehatan menggunakan pelindung diri, seperti masker dan sarung tangan.
Di bandara
PT Angkasa Pura II, pengelola bandara internasional Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, memperketat pemantauan penumpang yang masuk ke Indonesia melalui bandara untuk mencegah agar virus cacar monyet tidak ikut terbawa ke Indonesia. Salah satu di antaranya adalah memasang alat pemindai panas tubuh di bandara.
”Kami telah berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan bandara untuk memonitor penumpang (yang datang dari negara yang memiliki kasus monkeypox). Jika ada yang terindikasi, akan langsung diperiksa dan diambil tindakan,” kata Vice President Corporate Communications Angkasa Pura (AP) II, Yado Yarismano, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Rabu (15/5/2019).
Pihak KKP 1 Soekarno-Hatta Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap penyakit monkeypox tertanggal 14 Mei 2019.
Mengingat Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma terdapat penerbangan langsung atau transit dari negara yang ditemukan adanya kasus cacar monyet ini, KKP Soekarno-Hatta melakukan pencegahan dan pengendalian agar penyakit tersebut tidak masuk ke Indonesia melalui kedua bandara tersebut.
Kepala KKP Kelas 1 Soekarno-Hatta, Anas Ma’ruf, mengatakan, pihaknya mengimbau agar segera menyampaikan dokumen kesehatan pesawat gendec dan manifes penumpang sesaat setelah mendarat kepada petugas kesehatan di Pos Kesehatan KKP terminal penerbangan internasional.
Maskapai penerbangan internasional, baik komersial maupun sewa, serta klinik-klinik wajib melaporkan semua penumpangnya yang sakit kepada petugas kesehatan di pos Kesehatan KKP. Begitu juga dengan semua petugas yang kontak dengan penumpang yang sakit harus menggunakan alat pelindung diri minimal berupa masker dan sarung tangan.
Pihaknya bersama dengan petugas di bandara juga membagikan kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card/HAC) kepada penumpang yang datang dari negara yang terdapat kasus sebelum mendarat di kedua bandara tersebut. Pembagian HAC mulai dilakukan sejak Rabu ini hingga batas yang tidak ditentukan, sampai ada pemberitahuan selanjutnya dari Kepala Kantor KKP Kelas 1 Soekarno-Hatta.
Kenali gejala
Menurut keterangan resmi Kemenkes, kasus cacar monyet pertama kali dilaporkan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo. Tahun 2003 kasus itu dilaporkan di Amerika Serikat akibat manusia kontak dengan anjing peliharaan terinfeksi tikus Afrika. Virus disebut cacar monyet karena penularan dari monyet, tikus gambia, dan tupai.
Dokter spesialis penyakit dalam pada Divisi Penyakit Tropik Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Adityo Susilo, menjelaskan, infeksi cacar monyet terjadi karena penularan dari hewan ke manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penularan antarmanusia bisa terjadi jika kontak erat dengan pasien, misalnya cipratan air liur dan terjadi berulang kali.
Penderita mengalami gejala berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung dan otot, ruam pada kulit berupa bintik merah berisi cairan bening berupa nanah dan mengeras. ”Pasien cacar monyet sembuh setelah tiga minggu. Pastikan cairan dan nutrisi bagi pasien baik,” ujarnya.
Menurut Anung, penularan cacar monyet bisa dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun. Warga diimbau menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata.
Source: https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/05/16/kewaspadaan-penularan-cacar-monyet-ditingkatkan/
Hits: 354