Jakarta, Nyamuk ber-Wolbachia menjadi senjata baru untuk menurunkan kasus demam berdarah dengue di Indonesia. Meski begitu, peneliti menegaskan bahwa bukan berarti program Pemberantasan Sarang Nyamuk tidak usah dilakukan.
Peneliti utama Eliminate Dengue Program (EDP) dari Universitas Gadjah Mada, Prof Adi Utarini, mengatakan ada satu penyebab utama mengapa PSN dan imbauan untuk menutup, menguras, dan menimbun tempat genangan air tetap harus dilakukan meski sudah ada nyamuk ber-Wolbachia.
“Karena yang menyebarkan virus dengue itu bukan hanya nyamuk Aedes aegypti, tapi juga Aedes albopictus. Sementara ini penelitian nyamuk ber-Wolbachia kan hanya dilakukan pada nyamuk Aedes aegypti,” tutur wanita yang akrab disapa Prof Uut tersebut, dalam temu media di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (2/9/2016) lalu.
Dijelaskan Prof Uut, nyamuk ber-Wolbachia hanya efektif menurunkan kasus DBD di daerah-daerah yang vektor utamanya adalah nyamuk Aede aegypti. Pelepasan nyamuk ber-Wolbachia tidak akan efektif jika vektor utama DBD adalah nyamuk Aedes albopictus atau nyamuk lainnya.
Apalagi berdasarkan hasil penelitian di Bantul dan Sleman, populasi nyamuk ber-Wolbachia hanya kurang lebih 80-85 persen dari total populasi nyamuk di daerah tersebut. Artinya masih ada 10-15 persen nyamuk Aedes aegypti yang tidak memiliki bakteri Wolbachia dalam tubuhnya dan berpotensi menularkan DBD.
Ia juga menegaskan bahwa kampanye program PSN dan 3M yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tetap harus dilakukan mengingat kampanye tersebut juga mempromosikan gaya hidup bersih dan sehat. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan langkah penting dalam proses menuju masyarakat Indonesia yang sehat dan bebas dari penyakit.
“Nyamuk Aedes juga tidak terpengaruh musim, baik musim hujan ataupun musim kemarau, nyamuknya akan tetap ada, bedan dengan nyamuk Culex. Makanya PSN dan 3M tidak boleh ditinggalkan,” tutupnya.
Hits: 210